Sore itu awan hitam menghiasi langit yang semula biru. Tak berapa lama hujan pun turun sangat deras. Air hujan yang turun dari langit membasahi sekujur tubuh Ade yang sedang bermain basket sendirian di halaman rumahnya. Ade adalah seorang siswa berprestasi yang duduk di bangku kelas XII IPA 1 salah satu SMAN favorite di kotanya. Ade prima itulah sebuah nama yang diberikan ibundanya kepadanya. Dengan harapan ia kelak akan menjAde seorang anak yang tegar, tidak pernah menyerah dan mempunyai cita-cita yang tinggi. Sesuai dengan harapan ibundanya Ade pun tumbuh menjAde anak yang tak pernah menyerah demi mendapatkan semua yang ia inginkan. Mulai dari menjAde juara kelas, juara umum, hingga notaben pemain basket terproduktif pun telah disandangnya. Rasanya bukan suatu hal yang aneh jika semua orang disekitarnya mengaguminya.
Seperti biasanya sepulang sekolah Ade langsung pulang kerumah. “Assalamualikum bunda…….” teriaknya.
“Waalaikumsalam…….” teriak ibunda Ade dari dalam rumah. Adepun segera bergegas menemui ibundanya dan segera mencium tanggannya.
“Bunda dadaku kok terasa penat sekali ya? rasanya susah sekali bernafas,” keluhnya pada ibundanya.
“Ade……kamu itu kecapean sayang, cobalah istirahatnya diperbanyak, jangan terlalu banyak bermain basket, belajar sampai larut malam, tubuh kita pun perlu mendapatkan haknya untuk istirahat”. gumam ibundanya padanya.
“kok istirahat sich bun? besokkan ada pertandingan basket antar SMA, jAde putra bunda yang paling hebat ini harus berlatih dengan keras”, sahut Ade. Akhirnya ibundanyapun mengizinkannya berlatih basket.
Ke’esokan harinyapun Ade bertanding basket. kebetulan pertandingan ini bertempat di sekolah Ade, jAde semua teman-temannya bisa mendukung Ade secara langsung. “Ayo…..Ade masukkan bola itu kedalam ring,” Teriak teman-temannya. Tak berapa lama setelah pertandingan itu dimulai satu-persatu bola basket masuk ring melalui tangan Ade. Tampaknya Adepun sangat menikmati pertandingan itu. Hingga akhirnya terdengar, “prittt…prittt…prittt”, tanda bahwa pertandingan telah berakhir. “hore…ye…” teriak semua teman-teman Ade karena lagi-lagi sekolah mereka menjAde juara I pertandingan basket antar SMA. Usai pertandingan berakhir, Ade dan teman-teman basketnya duduk di tepi lapangan untuk istirahat dan saling mengobrol. “Teman-teman, kenapa ya pertandingan ini terasa aneh untukku, rasanya ada yang ganjil?” kata Ade. “Memang apa yang kamu rasakan? sahut Bimo menyela. “Entahlah aku merasa pertandingan ini yang terakhir untukku,” jawab Ade. “Sudahlah tak usah berfikir aneh-aneh kau ini Ade, mungkin kamu kebanyakan nonton film, makanya sampe kebawa,” sahut Danu. “Lalu kalau ini menjAde pertandingan terakhir buatmu, siapa yang memasukkan bolase pertimu Ade?” Sela Riko.
Hingga akhirnya ocehan-ocehan merekapun berakhir. Satu-persatu mereka pulang kerumah masing-masing begitu pula dengan Ade. “Assalalualaikum bunda…..” teriak Ade. sambil bergegas menuju tempat dimana ibundanya berada. Setelah bertemu ibundanya dia langsung bercerita dan mengoceh tentang pertandingannya hari ini. “Bunda, Ade putra yang paling hebat ini berhasil menang dalam pertandingan basket kali ini”, ceritanya pada ibundanya. “Pasti dong, putra siapa dulu, putra bunda” sahut ibunda Ade. ”Ade kamu kelihatan capek sekali, cepat mandi dan segera istirahat”, tambah ibundanya. “Mana mungkin bunda Ade istirahat?? hari ini Ade kan ada les Fisika, lagi pula dalam minggu ini Ade harus belajar keras bun, minggu depankanada UAS, jAde malu dong bun kalau di raport sampe ada nilai BT”, oceh Ade pada ibundanya. “Ade, Ade, berapa kali sich bunda harus mengajarimu untuk istirahat? dan berapa kali pula kamu menolak nasehat bunda agar kamu istirahat?, baiklah dalam minggu-minggu ini sampai dengan UAS berakhir kamu boleh belajar keras sampe larut malam, tapi setelah UAS kamu harus istirahat gak ada basket gak ada belajar !!”, kata bunda pada Andi dengan nada tinggi. “Baiklah, ibundaku yang paling cantik,” sahut Ade.
Seminggu kemudian UAS pun berlangsung. Soal demi soal telah ia kerjakan. Dengan PDnya, Ade merasa yakin bahwa ia mampu mengerjakannya. Dan ia percaya bahwa ia akan mendaparkan hasil yang memuaskan dalam UAS kali ini. Lembaran berganti lembaran, soal berganti soal dan haripun berganti hari. Tak terasa UAS pun berakhir. Kini Ade tinggal menunggu pengumuman hasil UAS kali ini. Tapi, entah mengapa setelah mengerjakan soal UAS yang terakhir ia tampak pucat sekali dan tubuhnya pun terlihat sangat letih. Tak seperti biasanya Ade yang ceria, energik dan penuh semangat kali ini terlihat muram dan pucat sekali. Setelah ia selesai mengerjakan soal terakhir ia langsung bergegas menuju rumah sambil menenteng secarik kertas yang berisikan undangan wali murid agar datang ke sekolah untuk mengambil hasil UAS esok hari.
Tak lama setelah beberapa menit perjalanan, Ade sampai di rumah. Dan tak seperti biasanya kali ini dia berjalan tertatih-tatih menghampiri bundanya sambil berkata
“Assalamualaikum bunda ini ada undangan wali murid untuk mengambil hasil UAS kali ini, Ade rasa hasil itu persembahan terakhir Ade untuk bunda”,
“Huus…..kalau ngomong dipikir dulu Ade, kamu kenapa terlihat pucat dan lemas sekali?” Tanya Ibunda Ade.
“Nggak tau bun tiba-tiba Ade pusing dan tubuh Ade terasa lemas sekali”, jawab Ade.
“Ya sudah cepat makan dan istirahat, mungkin kamu kecapean”, ujar ibunda. Kali ini Ade tak membantah, ia pun langsung makan dan kemudian istirahat. Semakin lama kepala Ade terasa semakin pusing dan tubuhnya semakin lemas. Hingga malam ini pun bunda menemaninya tidur.
Keesokan harinya bunda berpamitan pada Ade,
“Ade, bunda pergi ke sekolah kamu dulu nanti setelah bunda pulang kita ke dokter ya”, kata bundanya.
“ya bun”, jawab Ade. Ibunda Ade pun langsung bergegas ke sekolah dan menuju ruangan pembagian hasil UAS berlangsung. Tak beberapa lama menunggu acara pun dimulai. Dan alangkah gembiranya ibunda Ade mendengar bahwa putra tercintanya lagi-lagi menjAde juara kelas sekaligus juara umum UAS kali ini. Seusai pembagian hasil UAS, ibunda Ade langsung pulang kerumah untuk menemui Ade. Sesampainya di rumah seketika ibunda Ade menghampiri Ade dan berkata
“Selamat ya sayang…..selain jago basket ternyata putra bunda juga berbakat menjAde ilmuwan, buktinya nilai mata pelajaran kamu selalu tinggi dan kamu selalu saja berhasil mempertahankannya”. Ade tersenyum masam dan tiba-tiba ia pun muntah. Dan alangkah terkejutnya bunda karena muntahan Ade berupa gumpalan darah yang berceceran.
Bunda yang tersenyum, seketika panik dan langsung menangis. Bunda pun langsung membawa Ade kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Ade langsung diperiksa dokter spesialis organ dalam. Dan akhirnya dokter itu meberitahukan kepada ibunda Ade bahwa putranya terkena “Sirosis hati” dan kemungkinan besar ia tak dapat diselamatkan kecuali jika ada seorang yang mau mendonorkan hatinya. Ibunda Ade serentak terkejut sambil menangis dan kemudian menghampiri Ade. Tetapi, langkah ibunda Ade menghampiri Ade terlambat, Ade telah menghembuskan nafas terkahirnya di ruang UGD rumah sakit itu. Kini Ade telah tiada, tangisan raung meronta ibundanya mengiringi kepergiannya. Yang tinggal hanyalah mimpi. Kata-kata Ade yang merasa bahwa pertandingan basket itu adalah yang terakhir untuknya. Perintah Ibundanya yang mengharuskan ia untuk istirahat, tidak bermain basket, tidak belajar seusai UAS kini menjAde kenyataan. Ade telah istirahat selamanya dibawah gundukan tanah dan batu nisan yang bertuliskan sebuah nama Ade prima.
by: MAN Kandangan