Seorang pemuda berbaya baru saja mendarat di salah satu Airport di negeri ini. Pemuda ini mengaku ia baru saja baru pulang dari salah satu kota favorit para wisatawan. Setelah pesawat menyatakan “landed” ia lantas mempersiapkan dirinya untuk segera menuju ruang loby dan mengambil barang bagasi yang ia titipkan di pesawat itu.
Kini pesawat yang besar itu sudah berhenti di parkirannya, namun tetap saja suara yang dikeluarkannya tetap mengganggu orang disekitarnya. Berjalan menenteng barang bawaannya menelusuri pemandangan bandara international itu. Perlahan, sambil menghirup derasnya hembusan angin di kawasan itu. Tak perduli apakah itu membuat mukanya berminyak akibat campuran emisi yang dikeluarkan dari beberapa bus pengantar dan barang.
Tapi kelihatannya pemuda ini menikmatinya. Meski harus menutup sedikit daerah hidung dan mulutnya.
@Loby :
berjibun manusia siap sedia “stay” di depan “roll bag” siap menerkam bagasi yang menghambat beberapa waktu mereka. Termasuk pemuda ini salah satunya. Biasanya, mereka yang ingin cepat tidak akan menitipkan barangnya di bagasi pesawat, selain memakan waktu yang cukup lama, juga beresiko akan rusaknya barang, apalagi yang tidak memiliki jaminan.
Namun apa boleh buat, mereka yang membawa barang banyak justru akan mengurangi tenaga yang dihabiskannya untuk menentengnya, meski Cuma hanya beberapa menit saja. Tetap saja lelah sekali rasanya. Begitulah yang mereka pikirkan. Termasuk juga pemuda ini.
Bebarapa menit berjejer bersama “penunggu” lainnya, mendongak-dongak-kan wajah di setiap tas yang perlahan menghampirinya, sambil menyocokkan “barcode” yang ada ditangannya dengan yang ada di tas milikinya, akhirnya pemuda ini tak perlu menunggu lama untuk menemukan barangnya. Alhamdulillah pikirnya.Barang sudah selesai dan dia segera meninggalkan tempat parkiran pesawat international itu.
Tapi ada hal aneh dari pemuda ini, dan aku sama sekali belum pernah mendengar kejadian seperti ini. Begini ceritanya:
Setelah pemuda itu selesai mengambil barangnya. Aku melihatnya tidak langsung pergi meninggalkan ruang loby sumpek itu. setelah menyodorkan kode dan barangnya ke petugas yang ada di ppintu keluar, lantas ia kembali lagi dan mengarah ke salah satu tempat agak sedikit gelap.
Ku perhatikan jam tanganku, tepat pukul 12.37. aku mengerti, pemuda ini melapor dulu ke tuhannya. Aku semakin penasaran dengannya, mengapa hal itu yang dilakukannya, tak seperti biasanya. Biasanya, mereka yang sudah selesai mengambil barang miliknya, akan langsung pergi dengan wajah riang dan siap untuk menerima sambutan dari penjeput yang telah lama menunggu di luar sana.
Namun sangat berbeda dengan nasib pemuda ini. sepertinya hidupnya malang sekali pikirku. Sembari aku penasaran dengannya, aku ikut melapor seperti yang dilakukannya.
Tak berapa lama kemudian, aku melihatnya keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang berbeda dari sebelumnya.
Aku semakin tak mengerti dengan pemuda ini. barangnya tidaklah kecil. Ada 1 koper, 1 kotak Indocaffe, dan 1 tas punggungnya. Seperti orang yang sedang mudik di musim lebaran. Lantas, untuk apa dia mengganti kostumnya? Pemuda ini semakin membuatku penasaran.
waduh bersambung ternyata…
saya belu mengerti betul, pingin tahu kelanjutanya ah… ayo kapan bukunya ada? 😀