Mungkin para pembaca sudah pernah mendengar sebelumnya bahwa atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, dan di dalam atom ada yang namanya inti atom, nah itulah nuklir. Jadi bisa dikatakan kalau manusia juga tersusun dari gabungan atom. Jadi nuklir itu sebenarnya energi yang dihasilkan dari interaksi antara proton dan neutron, reaksi ini menimbulkan energi yang disebut sinar gamma.

Yang lucunya begini; suatu ketika seorang pasien patah tulang sedang dirawat di rumah sakit, mengingat luka yang di derita sudah masuk kategori “parah” dokter pun meminta untuk dilakukannya rontgen untuk mengetahui letak patahannya sehingga akan mempermudah pengobatan. Dokter mendekati pasien yang terbaring dan berkata,

“Mas, nanti di Rontgen ya, biar keliatan letak patah tulangnya dmna”

“oh, iya dok” jawab pasien.

Tak lama kemudian, atas rekomendasi dokter datang seorang suster yang akan membawa pasien ke ruang rontgen, dengan usilnya si suster bilang ke pasien sambil tersenyum.

“ayo mas, kita ke ruang nuklir” sambil menyodorkan kursi roda dekat tempat tidurnya.

“apaaaaaa?????? Tidaaaaakkkk, enggak, enggak, saya gak mau di nuklir” jawabnya sambil keringat dingin ketakutan.

“ya sudah, kita ke rontgen sekarang” kata suster sambil tertawa kecil melihat tingkah si pasien.

Dengan sedikit malu, si pasien akan menjawab “baik sus”. Hallo bro, nuklir sama rontgen itu sama kalee, Rontgen juga energi yang dihasilkan dari interaksi proton dan neutron, hanya saja namanya beda “Rontgen” itu adalah nama penemunya. Weleeehh.

Begitulah nyatanya, tanpa kita sadari ternyata dampak positive dari nuklir sudah bisa dirasakan manusia, rontgen salah satu contoh energi nuklir yang terkendali, sampai saat ini belum ada terdengar pasien mati, atau dokter mati, bahkan semua yang ada di rumah sakit itu mati karena diRontgen, beluum adaaa.!!

Tidak cukup sampai disitu, masih banyak lagi pemanfaatan energi nuklir yang dapat kita rasakan yakni; dalam bidang pertanian, peternakan, hidrologi, kesehatan, dll. Masih takut dengan nuklir? Kalau ya, bagaimana kalau namanya kita ganti? Mungkin pikiran masyarakat masih trauma dengan kejadian bom atom yang telah melenyapkan nagasaki dan hiroshima. Bagaimana kalau kita ganti dengan nama kita masing-masing, sepertinya akan lebih menerima, seperti “Energi Ikhlas” atau “Energi Enoc’k” atau “Energi (…tulis namamu…)”. ah ngaco!! Tapi tidak akan menjadi masalah jika hal yang sebenarnya menakutkan bagi antum.

Bagaimana dengan isu pengembangan PLTN di Indonesia? Sudahkah antum siap? Atau masih ragu dengan kemampuan Indonesia? Semoga kita masih diberikan kesempatan untuk dapat membahasnya di lain waktu.

Iklan